Kamis, 14 Januari 2010

INSPIRASI - Uang Receh

Pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari memaksa kita untuk melirik kembali tumpukan uang receh yang berbentuk koin itu. Selama ini–meski ia menjadi alat pembayaran yang sah di negeri ini–uang receh seringkali kita abaikan. Seolah ia tak berguna. Maklum kita masih punya uang yang tak receh, coba kalau tidak memiliki uang sama sekali.


Anda mungkin sering mengalami betapa malasnya sebuah toko menyediakan uang receh. Jalan praktisnya mereka mengganti alat pembayaran sah itu dengan permen. Herannya pengampu uang di negeri ini tidak pernah menjewer pelaku pelecehan terhadap alat pembayaran resmi itu.


Anda mungkin geram atau sebel saat diberi kembalian permen tapi tak bisa berbuat apa-apa. Malas berdebat. Ada cara lain untuk menyiasati kembalian uang receh, sumbangan. Manajemen toko menawari konsumen agar kembalian di bawah seribu yang pasti receh itu untuk disumbangkan.


Untuk pola yang ini mungkin Anda akan lebih lapangdada daripada cara kembalian dengan permen. Tapi sayang kita tak pernah tahu berapa uang sumbangan konsumen dan dimanfaatkan untuk apa. Kita pun abai karena menganggap yang kita sumbangkan adalah – sekali lagi - receh.


Meski sering dilecehkan, dengan kasus Prita uang receh naik pangkat. Pepatah lama mengatakan sedikit- sedikit lalu menjadi bukit terbukti adanya. Uang receh yang terkumpul untuk Prita mencapai lebih dari setengah miliar rupiah. Sejatinya banyak bisnis mentereng yang mengumpulkan uang receh. Lihatlah industri selular. Mereka memberi tarif bekomunikasi serendah mungkin bahkan dibawah 100 rupiah. Tapi karena volumenya besar industri ini bisa menjadi besar dan mentereng.


Di industri internet pun demikian. Media-media berbasis web mematok tarif iklan dengan receh. Dihitung setiap kali klik / kunjungan, satu klik dihitung bervariasi dari yang dibawah seribu rupiah sampai di atas seribu rupiah. Kasus pengumpulan koin untuk Prita semoga tidak hanya mengajari kita untuk bersikap solider kepada orang lain, lebih dari itu mengajari kita untuk memperhatikan uang receh. Jangan dilihat uang receh itu dari nilai nominalnya semata tapi nilailah ia dari bagaimana susahnya mendapatkan uang.


Menghargai uang receh sekaligus mengajari kita untuk senantiasa memperhatikan hal-hal yang kecil. Kita sering melupakan hal kecil karena kita memiliki sesuatu yang kita anggap lebih besar. Padahal yang kecil itu adalah komponen penting dari sebuah kelengkapan. Tanpa yang kecil yang besar tak akan sempurna. Mulai sekarang mari kita hargai uang receh. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar