Kamis, 14 Januari 2010

INSPIRASI - Uang Receh

Pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari memaksa kita untuk melirik kembali tumpukan uang receh yang berbentuk koin itu. Selama ini–meski ia menjadi alat pembayaran yang sah di negeri ini–uang receh seringkali kita abaikan. Seolah ia tak berguna. Maklum kita masih punya uang yang tak receh, coba kalau tidak memiliki uang sama sekali.


Anda mungkin sering mengalami betapa malasnya sebuah toko menyediakan uang receh. Jalan praktisnya mereka mengganti alat pembayaran sah itu dengan permen. Herannya pengampu uang di negeri ini tidak pernah menjewer pelaku pelecehan terhadap alat pembayaran resmi itu.


Anda mungkin geram atau sebel saat diberi kembalian permen tapi tak bisa berbuat apa-apa. Malas berdebat. Ada cara lain untuk menyiasati kembalian uang receh, sumbangan. Manajemen toko menawari konsumen agar kembalian di bawah seribu yang pasti receh itu untuk disumbangkan.


Untuk pola yang ini mungkin Anda akan lebih lapangdada daripada cara kembalian dengan permen. Tapi sayang kita tak pernah tahu berapa uang sumbangan konsumen dan dimanfaatkan untuk apa. Kita pun abai karena menganggap yang kita sumbangkan adalah – sekali lagi - receh.


Meski sering dilecehkan, dengan kasus Prita uang receh naik pangkat. Pepatah lama mengatakan sedikit- sedikit lalu menjadi bukit terbukti adanya. Uang receh yang terkumpul untuk Prita mencapai lebih dari setengah miliar rupiah. Sejatinya banyak bisnis mentereng yang mengumpulkan uang receh. Lihatlah industri selular. Mereka memberi tarif bekomunikasi serendah mungkin bahkan dibawah 100 rupiah. Tapi karena volumenya besar industri ini bisa menjadi besar dan mentereng.


Di industri internet pun demikian. Media-media berbasis web mematok tarif iklan dengan receh. Dihitung setiap kali klik / kunjungan, satu klik dihitung bervariasi dari yang dibawah seribu rupiah sampai di atas seribu rupiah. Kasus pengumpulan koin untuk Prita semoga tidak hanya mengajari kita untuk bersikap solider kepada orang lain, lebih dari itu mengajari kita untuk memperhatikan uang receh. Jangan dilihat uang receh itu dari nilai nominalnya semata tapi nilailah ia dari bagaimana susahnya mendapatkan uang.


Menghargai uang receh sekaligus mengajari kita untuk senantiasa memperhatikan hal-hal yang kecil. Kita sering melupakan hal kecil karena kita memiliki sesuatu yang kita anggap lebih besar. Padahal yang kecil itu adalah komponen penting dari sebuah kelengkapan. Tanpa yang kecil yang besar tak akan sempurna. Mulai sekarang mari kita hargai uang receh. ***

Uang Receh, Simbol Perlawanan

Nama Prita Mulyasari makin jadi perhatian. Hal itu setelah Pengadilan Tinggi Banten menghukum Prita untuk membayar ganti rugi kepada Rumah Sakit Omni Internasional sebesar Rp 204 juta. Lalu, dari mana Prita akan membayar denda sebesar itu?
Ternyata, kepedulian untuk Prita demikian meluas. Penggalangan uang receh untuk membantu Prita Tercatat, mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyatakan membantu separuh dari denda yang dijatuhkan, yaitu sebesar Rp 102 juta. Selain itu, Yenny Wahid menyumbang Rp 5 juta. Di Jakarta maupun di sejumlah wilayah termasuk Solo dan Yogyakarta, aksi penggalangan uang receh untuk membantu Prita pun terus bergulir. Lalu, mengapa uang receh yang dipilih?
Tak lain dan tak bukan, karena uang receh dimaksudkan sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Bagaimana rasanya, institusi sebesar RS Omni Internasional, menerima uang receh senilai ratusan juta rupiah? Pengumpulan uang receh merupakan gambaran, bagaimana rakyat kecil melawan sebuah institusi yang dapat dikatakan begitu establish dan tentu saja, mampu mempengaruhi aparat penegak hukum dengan segala kepiawaiannya.
Namun di balik itu, kiranya dapat diambil pelajaran untuk semua orang. Prita bukan tidak bersalah. Curahan hatinya di email, yang salah satu katanya menyebut RS Omni sebagai “penipu”, tentu tak bisa dibenarkan.

Tahukah Kamu Uang Receh Yang Sekarang Masih Beredar ?

Bagi seorang penjual kaki lima, apalagi yang mangkalnya disekitar sekolah dasar dan smp seperti Tukang bakso, penjuan pentol, penjual gulalie dan sebagainya uang receh sangatlah penting dan sangat diperlukan. Ini sangat jelas sekali karena para siswa yang rata-rata diberi uang saku/sangunya yang biasanya berisar 500 sampai 5000 rupiah (sebut perak) ini suka membeli jananan yang pada penjaja yang nilainya bisa dibilang kelipatan ratus perak.
Masihkah kamu ingat gambar-gambar pada uang pecahan (sebut receh) yang sekarang masih beredar ?..
Kadang kala kita menganggap remeh terhadap keberadaan duit receh ini, bahkan gambarnya saja kita mungkin saja bisa lupa. Barangkali bentuk-bentuk duit berikut ini bisa menyegarkan ingatan kita semua.
50 perak

Duit receh lima puluhan perak



100 perak
Duit Receh seratusan perak


200 perak
Duit Receh dua ratusan perak



500 perak1

500 perak3
Duit Receh lima ratusan perak



1000 perak
Duit Receh dua seribuan perak


Coba kamu semua perhatikan dengan seksama, sebenarnya uang receh seperti inilah yang bisa dibilang Tidak Bisa di Palsukan, Kita tidak pernah mendengar adanya kasus tentang uang receh yang dipalsukan bukan… Ya kan…, kalo nggak percaya tanya aja sama gurumu di sekolah.. Kenapa ?… Tentu saja bo…. selain ongkos produksi yang diperlukan jauh dari keuntungan juga logam itu perlu pake panas panasan segala, yang resikonya kaya api neraka tentunya……He ….He..
Kalo kawan kawan semua menemui ada yang memalsukan tolong kasih tahu saya ya.., gue pingin tahu kenapa dan caranya gimana..

Memperingati Hari Anti Korupsi dengan Uang Receh



Bentuk solidaritas kepada Prita. {Foto oleh James Anthony L. Filemon}

Bentuk solidaritas kepada Prita. {Foto oleh James Anthony L. Filemon}

Cinta Indonesia Cinta Anti Korupsi (Cicak) Salatiga menggelar aksi penggalangan uang recehan koin untuk Prita Mulyasari (32), Rabu, 9 Desember 2009. Aksi dimulai pukul 11.00 dan bertempat di depan kampus Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah. Menurut koordinator aksi Teddy Delano, aksi ini untuk memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia yang jatuh pada 9 Desember.

“Kasus Prita dapat dikaitkan dengan korupsi kesehatan dan korupsi hukum,” kata Teddy. “Tapi gerakan kita dominan untuk kasusnya Prita.”

Beberapa warga yang melintas di depan kampus ikut memasukkan recehan koin ke wadah kardus yang disediakan penyelenggara aksi. “Iseng saja,” kata Ivana (24) mahasiswa fakultas ekonomi UKSW yang ikut memberikan uang receh. Pesannya buat Prita, lain kali hati-hati.

Kasus Prita bermula dari surat elektronik berisi keluh kesah seputar Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang Selatan yang beredar di mailing-list. RS Omni mempermasalahkan surat elektronik tersebut dan menggugat Prita.

Pengadilan Tinggi Banten kemudian mengukuhkan hukuman denda sebesar Rp 204 juta terhadap Prita. Ibu dua anak itu dianggap mencemarkan nama baik dan dokter rumah sakit tersebut. Hukuman Rp 204 juta ini agaknya memecut solidaritas warga dalam bentuk pengumpulan recehan koin di beberapa kota seperti Jakarta, Banten, Solo (Kompas, 8/12).

Gerakan pengumpulan di Jawa ini bermula dari diskusi di mailing-list Sehat Group, Kamis (3/12). “Kenapa koin recehan, karena itu simbol protes, sindiran dan keprihatinan publik. Selain sekaligus membantu Ibu Prita,” ujar Elona Melo Tomeala Arief (34) anggota milis yang menggagas ide tersebut (Kompas, 5/12).

Seorang bapak ikut memberi sejumlah uang koin dalam aksi mendukung Prita. {Foto oleh James Anthony L. Filemon}

Seorang bapak ikut memberi sejumlah uang koin dalam aksi mendukung Prita.
{Foto oleh James Anthony L. Filemon}

“Kasus Prita dapat menimpa siapa saja,” ujar Eko Setiawan (38) yang mengaku sebagai seorang pegawai bank serta blogger dan ikut menuangkan recehan koinnya di kardus. “Selamat berjuang!”

Sekitar pukul 12.30 kardus dipindah ke depan gedung Lembaga Kemahasiswaan Universitas. Peserta aksi juga meletakkan wadah pengumpulan di depan kafetaria UKSW. Menurut koordinator lainnya Subiharto (23), hasil pengumpulan tersebut akan dihitung pada Jumat, 11 Desember 2009 dan dikirim ke Jakarta pada Sabtu, 12 Desember 2009.

“Kemungkinan ada yang sekalian yang ke Jakarta,” katanya, perihal pengiriman hasil pengumpulan.

Dalam pers rilis Cicak Salatiga, diutarakan bahwa kasus Prita Mulyasari menjadi salah satu dari sekian banyak ketidakadilan hukum di Indonesia. Ketidakadilan terjadi karena adanya korupsi yang dilakukan oleh oknum (aparat) penegak hukum. Cicak Salatiga mendesak pemerintah Indonesia untuk melakukan pemberantasan korupsi di bidang hukum.

Dukungan kepada Prita dari seorang anak SD. {Foto oleh James Anthony L. Filemon}

Dukungan kepada Prita dari seorang anak SD. {Foto oleh James Anthony L. Filemon}

Selain menggelar spanduk hitam bertuliskan “Koin Kita Untuk Prita”, Cicak Salatiga juga mengadakan mimbar bebas untuk orasi mengeluarkan unek-unek seputar korupsi. Beberapa mahasiswa dan staf pengajar UKSW berorasi dan mengajak warga untuk bersolidaritas terhadap Prita.

Tips Cara MenukarMendapat Uang Receh Banyak Mudah dan Murah

Suatu ketika pasti anda pernah mengalami kesulitan di mana anda melakukan suatu pembayaran tetapi si penerima pembayaran menolak karena tidak ada kembalian uang kecil sehingga anda harus mencari uang receh di dompet atau tukar uang di warung/toko terdekat. Menyimpan dan memiliki uang receh dalam jumlah yang cukup di dalam dompet adalah suatu keharusan dan cukup berguna di waktu-waktu tertentu.

Untuk menghindari kehabisan uang kecil sehingga bisa berantem dengan penjual suatu barang/jasa sebaiknya menyiapkan uang kecil yang bisa mudah saja anda dapat dari melakukan hal-hal berikut ini :

1. Minta tukar dengan bank saat anda melakukan transaksi perbankan. Biasanya saat pengambilan tunai langsung di teller, kita bisa minta uang yang diberikan dalam satuan tertentu. Misalnya uang satu juga dipecah menjadi 100 lembar uang sepuluh ribuan atau 200 uang lima ribuan.

2. Belanja sedikit di ritel modern seperti mini market, supermarket dan hipermarket. Misalnya kita beli sebotol aqua dingin di alfamart lalu kita beri uang seratus ribuan maka petugas kasir biasanya akan bertanya apakan kita punya uang kecil? Maka jawab saja tidak ada, maka kita akan mendapat kembalian beberapa uang sengan nominal kecil.

3. Terkadang ada pihak tertentu yang resmi sebagai penukar uang receh yang mangkal di tempat khusus di tempat tertentu seperti di pasar tradisional. Tukar saja uang kita dengan satuan nominal uang yang kita mau. Tentu saja biasanya banyak peminat sehingga perlu antri untuk mendapatkannya. Apalagi penukaran uang tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis.

4. Jika naik kendaraan umum coba saja anda minta tukar uang besar anda dengan yang lebih kecil ke kondektur/kernet. Jika dia punya banyak uang kecil, maka kemungkinan besar dia akan memberi anda uang-uang kecil tersebut. Di loket pembayaran jasa busway pun kita bisa mendapat uang receh jika saat pembayaran tiket.

5. Menukar di toko atau warung yang kira-kira punya banyak uang kecil. Biasanya akan mengalami berbagai penolakan dengan bermacam ragam alasan kalau kita hanya menukar uang tanpa membeli sesuatu. Tetapi jika kita membeli sesuatu maka bisa jadi si kasir akan memberi kembalian.

Selamat mencoba semoga berhasil. Jika ada yang mau anda tambahkan silahkan gunakan fitur komentar organisasi.org di bawah ini.

PENGUMPULAN KOIN

"Coin Collecting Day itu hari dimana kita mengumpulkan koin-koin dari para coiners dan droppers kemudian kita hitung bersama. Jadi setelah beberapa bulan atau misalnya..biasanya sih satu bulan. Setelah satu bulan atau lebih kita ngumpulin akhirnya itu hari dimana orang-orang bisa datang untuk ngdropin koin-koinya. Terus ketemu juga sama kita dan teman-teman coiners dan droppers yang lain, dan kita ngitung bersama. Jadi kita tau dari hari ini jumlahnya berapa, setelah dikumpulkan seluruhnya".

Septi tampak tekun menghitung uang receh yang ada di hadapannya. Hari itu, ia membawa uang receh sebanyak 400 ribu lebih. Uang ini bukan dari kantongnya sendiri, tapi hasil gerilya Septi mengumpulkan koin dari teman-teman sekantor.

"Kalau di kantor kita kan berdua sama anak yang tadi itu aku kan di lantai 4, Ana di lantai 2. Jadi kita ngitar aja kita bawa toplesnya trus yang mau nyumbang itu di taroh di situ koinnya di toples. Kalau ga ku taroh di meja kantor, siapa yang mau taroh tinggal taroh aja disitu, ngedrop di situ".

Andi juga rajin mengumpulkan uang receh. Ia mengumpulkan koin di dua tempat, di rumah dan di tempatnya bekerja.

Uang Receh Langka Penyebab Kemacetan Tol

JAKARTA-MI: Kelangkaan uang receh terutama pecahan Rp500, Rp1000, dan Rp2000 menjelang bulan puasa menjadi penyebab kemacetan tol di dalam kota.

\"Kemacetan terjadi akibat Bank Jabar-Banten yang menjadi pemasok uang pecahan mengalami kesulitan menyediakannya untuk persediaan di gerbang tol dalam kota,\" kata Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga Tbk Okke Merlina di Jakarta, Jumat (21/8).

Akibat kesulitan mendapatkan uang pecahan terpaksa PT Jasa Marga menutup sementara gardu tol di Angke I, Kuningan I pada tanggal 18 Agustus berlangsung pukul 18.00-19.00 WIB. Kemudian tanggal 19 Agustus dilaksanakan di Kuningan I dan Semanggi I pada pukul 20.00- 20.30 WIB.

\"Penutupan ini menimbulkan kemacetan yang sangat parah, karena kendaraan yang tidak dapat masuk pindah ke gerbang lain dan menimbulkan antrean panjang sampai jalan bukan tol,\" jelas Okke.

Okke mengatakan, PT Jasa Marga Tbk menjalin kerja sama dengan perbankan untuk menyediakan uang kembalian termasuk Bank Jabar-Banten, setidaknya kebutuhan uang receh untuk tol dalam kota Rp600 juta per hari, sedangkan untuk Bogor Tangeran dan Bekasi (Botabek) dan Jakarta Outer Ring Road (JORR) membutuhkan Rp2 miliar per hari.

Menurutnya, saat Bank Jabar-Banten tidak sanggup menyediakan uang receh, PT Jasa Marga tidak tinggal diam, serta berinisiatif mencari uang kembalian dengan menukarkan ke SPBU, pasar, dan bank lain.

\"Namun upaya yang sudah maksimal ini tidak menolong banyak sehingga diputuskan untuk menutup sementara gardu tol karena tidak mungkin membuka gerbang tanpa kembalian,\" kata Okke.

Kemudian Jasa Marga melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia yang ternyata mendapat respon positif pada tanggal 20 Agustus kemarin mendapat pasokan uang receh dengan nilai total Rp500 juta.

Okke mengatakan, langkanya uang receh bukan kesalahan siapapun, namun untuk menghindarkan terulangnya kejadian sama, masyarakat diminta menyediakan uang pas dalam bertransaksi tol serta memanfaatkan kartu tol elektronik (e-toll card).

Transaksi bukan tunai melalui kartu dapat menjadi solusi transaksi lebih cepat dan pasti, apalagi saat ini kartu ini sudah ada di berbagai outlet sehingga mudah didapatkan termasuk kalau ingin mengisi ulang

Tolak Jika Uang Kembalian Receh Diganti Permen


suara surabaya.net| Masyarakat harus proaktiv menolak kalau memang tidak mau diberi permen sebagai ganti uang kembalian receh dari toko atau supermarket. Kalau masyarakat proaktiv, para pemilik toko akan berusaha untuk mendapatkan uang pecahan.

Ini dikatakan PAIDI PRAWIRO REJO yang akrab disapa YOYOK Direktur Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya (LPKS) pada Suara Surabaya, Minggu (26/04) menanggapi banyaknya masyarakat yang mengeluhkan soal kembalian uang receh.

”Kalau masyarakat proaktiv para pemilik toko akan berusaha untuk mendapatkan uang pecahan untuk kembalian kepada para konsumennya,” ujarnya.

Peran kontrol dari PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) yang ada di Disperindag Kota Surabaya harus ditingkatkan. Karena mereka harus ikut mengontrol uang kembalian di toko-toko. Meskipun di lapangan masih sering dijumpai pengusaha kesulitan dalam menukar uang receh.

Saran YOYOK Direktur LPKS kepada masyarakat atau konsumen yang harus proaktiv saat bertransaksi di depan kasir, bahkan menolak saat diberi permen sebagai ganti uang receh. YOYOK menekankan bukan masalah uang recehnya, tapi bentuk kejujuran pelaku usaha dalam melayani pelanggannya.(gk/ipg)

Teks Foto:
- Masyarakat harus proaktiv menolak permen sebagai ganti uang kembalian receh dari toko atau supermarket jika memang tidak mau menerima permen.
Foto: Dok. suarasurabaya.net

Bank Indonesia Segera Edarkan Uang Logam Baru Rp.2.000.-


Bank Indonesia tampaknya akan segera mengedarkan uang pecahan logam baru dengan nominal Rp.2.000.- pada awal semester dua mendatang. Saat ini proses pembuatan sedang berjalan.
Pencetakan uang pecahan logam baru Rp.2.000.- ini bukan rencana baru, tetapi rencana jangka panjang yang telah dirancang Bank Indonesia untuk menggantikan peredaran uang kertas bernominal kecil. Oleh sebab itu setelah pecahan logam bernominal Rp.2.000.- ini keluar, BI akan melanjutkan membuat pecahan logam baru rp.1.000.-
Ada beberapa alasan BI menggantikan uang kertas bernominal kecil dengan uang logam yang antara lain biaya pembuatan uang logam yang lebih murah dibandingkan dengan pembuatan uang kertas dan uang logam tidak mudah lusuh seperti uang kertas. Selain itu uang logam memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi karena lebih sulit dipalsukan.
Meski rencananya uang logam baru Rp.2.000.- ini akan diedarkan, namun BI tidak melakukan penarikan uang pecahan kecil seperti uang kerja Rp.1.000.- dan BI hanya akan membatasi pencetakan uang kertas senilai Rp.1.000.-

NASIB UANG RECEH

Meski harus memilih membiarkannya tergeletak di sembarang tempat. Uang receh selalu bernasib kurang beruntung. Ia selalu dibiarkan berada disetiap sudut ruang bahkan sepanjang jalan protokol, dibiarkan terlindas kendaraan penguna jalan. Lucunya di sejumlah swalayan, uang receh menjadi alternatif uang kembalian. Jika tidak ada uang receh, kasir memberikan kepada costumer dengan sejumlah permen. Itupun terkadang sudah tak layak untuk di konsumsi. Ironis memang, tapi itulah uang receh.

Tapi lain hal dengan masyarakat kecil yang biasa berjuang hidup dipinggiran kota. Uang receh ternyata sangat bermanfaat. Terlebih ketika ia menjajakan diri (pengemis) di sepanjang jalan Ibu kota. Dan bagi ’si pak ogah’ atau jasa parkir, uang receh selalu ditunggu di setiap sudut gang.

Sekilas ketika bicara uang receh, seperti mengungkapkan makna kosong tanpa isi. Padahal jika kita menyisihkan waktu sejenak untuk mendengar atau merenung. Kenapa manusia menciptakan uang tersebut? Tanpa uang receh, uang senilai miliaran rupiah mungkin tak akan pernah ada di permukaan.

Paradigma berfikir tentang uang receh sudah seharusnya diubah. Uang receh kini bukan lagi menjadi aikon uang sisa yang tercecer tapi uang yang sangat bermanfaat. Dengan meletakkan atau memasukan uang receh dalam tempat khusus (celengan) pastinya banyak manfaatnya. Pekerjaan ini memang pekerjaan kecil. Tapi sulit untuk memulainya.

Kita termasuk enggan belajar dari metologi si miskin. Mereka lebih percaya, memasukan uang receh pada celengan berbentuk bambu atau terbuat tanah liat. Sedikit demi sedikit akan bermanfaat nantinya. Memang kita termasuk orang yang tidak bisa menabung di celengan, juga malas (gengsi) menggunakan uang receh.

Kita dapat memulai hari ini. Dengan memasukan uang receh ke dalam celengan pastinya akan bermanfaat. Kita tak usah ragu lagi, uang receh yang terkumpul akan dimanfaatkan oleh teman-teman kita yang membutuhkan. Sejenak kita tinggalkan kesenangan dunia. Beri harapan si miskin, walau hanya sisa uang belanja atau ongkos. Semoga Allah SWT akan melipatgandakan pahala kita. Amin

Jumat, 13 November 2009

UANG RECEH


Mungkin kita semua pernah membiarkan koin atau uang receh bernilai Rp. 50, Rp. 100 atau Rp. 200 tergeletak dilantai rumah, di bawah tempat tidur, di lantai dapur bahkan kita membiarkannya terangkut di tempat sampah. Kita tidak pernah mengangap arti besar dari sekeping koin yang berukuran diamater tidak lebih dari 3 cm itu. Tetapi bagi Hanny Kusumawati dan Nia Sadjarwo, koin tersebut memiliki arti yang sangat besar yang dapat digunakan untuk membantu sesama. Mereka adalah penggagas berdirinya organisasi sosial Coin a Chance (CaC), sebuah gerakan sosial untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan “sebuah kesempatan” bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi..

Awalnya memang tak mudah untuk mewujudkan impian besar dengan ide sederhana. Bahkan, keraguan dan hambatan terbesar tak jarang justru datang dari lingkungan sekitar. Mulanya, ide tersebut sudah meluncur sejak setahun lalu. Namun, keraguan dari orang-orang yang dimintai pendapat membuat keduanya mengurungkan diri untuk memulai rencana tersebut. ”Waktu itu kita lempar ide di blog dan membuat survei kecil-kecilan untuk meminta respons dan dukungan. Nyatanya banyak yang meragukan jika koin-koin itu bisa dipakai untuk membantu pendidikan. Katanya lebih baik langsung uang dalam jumlah besar saja, itu baru masuk akal,” kata Hanny bercerita. Gara-gara sikap pesimistis tersebut, dua sahabat itu akhirnya mengurungkan niatnya.

Satu tahun berlalu, niat tersebut bukannya hilang, justru semakin ”memaksa” untuk diwujudkan. ”Akhirnya kita nekat untuk menjalankan. Dalam waktu singkat, banyak orang yang enggak kita kenal menawarkan bantuan,mulai dari bikinin desain banner, mencetak kartu nama, sampai bikin Facebook group,”kata Hanny yang mencatat sudah ada lebih dari 500 orang yang menjadi anggota Coin a Chance.

Walau belum punya struktur organisasi yang jelas,nyatanya komunitas ini sudah memiliki waktu rutin untuk berkumpul dan menghitung uang receh yang berhasil dikumpulkan para anggota. Tiap hari Sabtu di akhir bulan, setidaknya ada 20-30 coiners (sebutan untuk orang yang mengoordinir orang di sekitarnya untuk mengumpulkan koin) yang berkumpul di sebuah mal untuk melakukan Coin Collecting Day (CCD).

”Wadahnya tidak harus stoples. Uangnya juga bisa koin asing. Bahkan,ada juga koin-koin itu yang sudah berdebu saking lamanya disimpan. Beberapa malah ada rambut, atau sisa guntingan kuku. Lucu-lucu memang.Tapi itu membuktikan bahwa sesuatu yang tersimpan lama, yang tadinya dianggap tidak penting,ternyata bisa membantu biaya pendidikan seseorang,” tandas Hanny.

Cerita tentang keraguan juga sempat dialami Alanda Kariza yang mendirikan The Cure for Tomorrow. Saat itu, teman-teman sebayanya yang masih duduk di bangku SMA kelas X sempat meragukan idenya. ”Mereka pikir, anak-anak kayak kita bisa bikin apa sih.Kamu enggak mungkin mengubah dunia, deh.

Tapi saya tetap lanjut,” kata Alanda yang pernah membuat cerpen online terkenal bersama Fajar Nugros berjudul Bunuh Diri Massal. Kebalikan dari kisah Hanny dan Alanda, Valencia Caecilia Mieke Randa (Silly) yang membangun Blood for Life (BFL),justru merasa optimistis saat mendirikan gerakan ini.

Ia memulainya dengan membuat blog khusus untuk BFL. Blog ini langsung direspons positif oleh lebih dari 50 orang yang langsung menyatakan diri menjadi pendonor. Bahkan, ada seorang dokter yang memuji ide cemerlangnya ini sebagai langkah alternatif mencari donor darah selain di PMI.

”Tapi setelah itu rasanya susah sekali untuk mencari tambahan orang yang ingin menjadi donor. Saya sudah putus asa karena merasa sudah mengabdikan diri, meluangkan banyak waktu untuk gerakan ini,tapi tampaknya tidak ada orang yang tertarik,” curhat ibu yang bekerja sebagai penulis lepas ini.

Sebuah permintaan donor darah di milis lantas membangkitkan semangatnya.Apalagi saat dalam waktu 15 menit, ia bisa menghubungkan orang yang membutuhkan darah tersebut dengan pendonor. ”Rasanya ada begitu banyak energi positif yang terdorong ke tubuh saya.

Rasanya saya seperti mendeliver spirit ke orang yang membutuh tersebut. Bayangkan ketika apa yang kita priceless lakukan ternyata berarti banyak untuk orang lain.Rasanya…,”ujar Silly.

Anda ingin beramal juga…?

(Sumber : seputar-indonesia.com)

Baca juga : Beramal secara sederhana